Hujan hari ini turun tanpa peringatan, persis seperti
rindu yang tiba-tiba muncul tanpa pernah diminta. Di antara gemericik yang
jatuh ke tanah dan udara dingin yang menempel di kulit, ada satu hal yang
justru paling terasa: tatapanmu---yang bahkan dalam kenangan masih mampu
membuat langkahku berhenti.
Kadang aku bertanya dalam hati, kenapa hujan selalu berhasil membuka pintu yang
berusaha kututup rapat?
Mungkin karena di balik setiap tetesnya, ada cerita yang tak pernah tuntas.
Ada orang yang hadir bukan untuk dimiliki, hanya untuk dikenang. Kamu---salah satunya.
Mungkin karena di balik setiap tetesnya, ada cerita yang tak pernah tuntas.
Ada orang yang hadir bukan untuk dimiliki, hanya untuk dikenang. Kamu---salah satunya.
Bukan karena aku tak ingin, tapi karena tak pernah ada
waktu yang benar-benar berpihak pada kita.
Setiap kali hujan turun, aku seperti kembali ke momen
itu:
ketika kita berdiri di bawah satu atap kecil, berusaha menghindari derasnya air. Kamu melihat ke arahku, lalu tersenyum. Sesaat dunia diam, padahal hujan belum selesai.
ketika kita berdiri di bawah satu atap kecil, berusaha menghindari derasnya air. Kamu melihat ke arahku, lalu tersenyum. Sesaat dunia diam, padahal hujan belum selesai.
Yang aneh,
aku ingat tatapan itu lebih jelas daripada
suaramu.
Tatapan yang tidak berani menyentuh, tapi juga tidak sanggup pergi.
Tatapan yang tidak berani menyentuh, tapi juga tidak sanggup pergi.
Hari ini hujan kembali turun. Dan entah mengapa, aku
kembali mengingat hal-hal yang sejak lama ingin kulupakan:
tentang percakapan singkat yang tak pernah berlanjut,
tentang janji kecil yang tidak pernah terjadi,
tentang rindu yang tumbuh tanpa pernah meminta izin.
Beberapa orang bilang, hujan hanya air. Tapi bagiku, hujan adalah ruang sunyi tempat kita pernah bertemu meski hanya sebentar. Tempat di mana dunia seolah memberi kesempatan untuk berbicara meski akhirnya tak ada satu kata pun yang benar-benar terucap.
tentang percakapan singkat yang tak pernah berlanjut,
tentang janji kecil yang tidak pernah terjadi,
tentang rindu yang tumbuh tanpa pernah meminta izin.
Beberapa orang bilang, hujan hanya air. Tapi bagiku, hujan adalah ruang sunyi tempat kita pernah bertemu meski hanya sebentar. Tempat di mana dunia seolah memberi kesempatan untuk berbicara meski akhirnya tak ada satu kata pun yang benar-benar terucap.
Dan mungkin...
rindu itu memang tidak harus memiliki tujuan.
Kadang dia hanya butuh tempat untuk pulang.
Dan entah kenapa, sampai hari ini tempat itu masih kamu.
Hujan bisa berhenti. Langit bisa cerah kembali.
Tapi ada rasa yang justru semakin deras ketika semuanya mereda.
Mungkin kamu tidak tahu.
Atau mungkin kamu hanya pura-pura tidak peduli.
Tapi setiap hujan turun, aku tahu satu hal:
Aku masih menyimpan tatapan itu, bahkan ketika dunia sudah berubah.
Kalau hujan bagimu membawa cerita lain,
tinggalkan jejakmu di kolom komentar. Aku ingin mendengar ceritamu juga.
rindu itu memang tidak harus memiliki tujuan.
Kadang dia hanya butuh tempat untuk pulang.
Dan entah kenapa, sampai hari ini tempat itu masih kamu.
Hujan bisa berhenti. Langit bisa cerah kembali.
Tapi ada rasa yang justru semakin deras ketika semuanya mereda.
Atau mungkin kamu hanya pura-pura tidak peduli.
Tapi setiap hujan turun, aku tahu satu hal:
Aku masih menyimpan tatapan itu, bahkan ketika dunia sudah berubah.
Kalau hujan bagimu membawa cerita lain,
tinggalkan jejakmu di kolom komentar. Aku ingin mendengar ceritamu juga.
Tags:
Puisi
