"Selamat jalan, Bapak Thomas Metkono"_ Romo Jhon Watimena, Pr


Beti natsef, intuana nasaebon, tapi surga bersukacita hari ini.

Hari ini, tanah sabana menangis dalam diam. Lontar-lontar bergoyang tertiup angin, seolah mengantar pulang seorang putra terbaiknya. Bapak Thomas Metkono—guru kami, bapak kami, dan misionaris awam yang lahir di lembah Noetoko, Amanatun dan mengabdi di perbukitan Amanuban—telah kembali ke rumah Bapa di surga.

Beliau bukan hanya pengajar matematika. Di balik angka dan rumus, beliau adalah penenun karakter—seperti beti Timor yang dirajut benang demi benang, beliau membentuk kami dengan kesabaran, kedisiplinan, dan kasih. Selendang kasih itu—bet ana—telah beliau berikan kepada begitu banyak anak-anak Timor yang pernah duduk di bangku kelasnya di SMP milik Yayasan Swastisari Keuskupan Agung Kupang.

Di wajahnya yang keras seperti karang, kami temukan kelembutan seorang pendidik sejati. Dalam langkahnya yang diam-diam, beliau adalah seorang pewarta—tak banyak kata, tapi hidupnya sendiri adalah Injil yang dibaca oleh banyak orang.

Selamat jalan, Bapak Thomas. Tanah yang melahirkanmu dan ladang tempat engkau menabur benih, kini ikut bersaksi: engkau telah menyelesaikan pertandingan dengan setia.

Beti natsef, intuana nasaebon, tapi surga bersukacita hari ini.

Hari ini sy mendengar berita kepergianmu.Sy begitu sedih.Masih ingatkah Bapak?saat saya mengikat tali pada rafia pada ikat pinggang anak perempuan dan menggantungkan batu.Saat itu sy ditempeleng seorang guru,tetapi bapa,memanggil saya,menasehati saya dan mengambil ancang-ancang untuk menempeleng dengan lidah yg digigit namun,toh Bapa tidak melakukannya.Saya ingat betul kejadian itu.Masih ingatkah Bapa?sy ketua kelas Bapa walikelas kami.Suatu kali Bapak sakit,sy bersama-sama teman-teman mengumpulkan uang jajan,membeli kopi,gula,susu dan biskuit dan kami mengunjungi Bapak.Sy masih ingat senyum saat itu.Masih ingatkah Bapak ?di Oe,ekam beberapa tahun lalu ketika bertemu,bukankah sy anakmu,anak didikmu yg nakal ini yg sudah menjadi Pastor ingin kau cium tanganku.Sy memilih menepis tanganmu dan sy mencium tanganmu.Tangan yg memegang kapur tulis,menulis pada papan hitam,menjelaskan dengan sangat rinci tentang rumus matematika,dengan kesabaran seorang Bapa.Akh.....dirimu bukan hanya Guru,tapi juga ayah,sahabat,pendidik dan pengajar.Saat mendengar berita kepergian mu,sy sangat sedih.Sy mengingat kisah yg panjang bersamamu.Sy menulis kisah kecil ini,dengan kesedihan yang mendalam.Terima kasih guru yg baik,orang yg baik.Anakmu,anak didikmu ini,anak nakal ini mendoakanmu. 

Ambo Missa

Literasi Guru Pedalaman_Aktual dan Terpercaya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama